Generasi Milenial Melek Literasi
Generasi milenial bisa kita bagi
menjadi dua, yaitu generasi milenial pertama adalah yang lahir pada tahun 1980 s.d. 2000. Mereka
yang lahir di tahun setelah 2000 adalah angkatan milenial angkatan yang kedua. Sedangkan
pra milenial adalah yang lahir di era 70-an. Generasi milenial ini muncul
seiring dengan ditemukannya alat elektronik yang semakin canggih dan digunakan
oleh siapa saja. Mereka disebut juga dengan generasi Langgas (Bebas). Bebas
mencari dan mendapatkan informasi dari mana saja.
Generasi milenial sekarang sering
juga disebut dengan generasi Z, pada generasi ini mereka dihadapkan pada
situasi yang cukup kompleks. Kecanggihan teknologi yang dapat di akses dimana
saja, persaingan global dan munculnya kreativitas yang beragam sudah menjadi
keniscayaan. Oleh karena itulah pada abad 21 ini kita harus mempunyai SDM yang
harus memiliki berbagai keterampilan atau kompetensi yanitu berpikir kritis,
kretivitas yang mumpuni, komunikasi, dan kolaborasi. Keempat kompetensi itu
minimal harus dimiliki oleh SDM pada saat sekarang ini. Untuk itulah kurikulum
harus mencapai kompetensi yang diharapkan seperti itu.
Generasi milenial sekarang ini lebih
melek gawai dari pada buku. Untuk itu, kita sebagai agen perubahan bagi para
milenial harus bisa mengarahkan dan memanfaatkan teknologi yang dekat dengan
mereka. Bagi mereka membaca buku bukanlah sebuah kebutuhan lagi seperti kita
dahulu, mereka lebih butuh gawai dari pada buku. Oleh karena itu, kita harus
melakukan hal yang membuat mereka kembali cinta dengan membaca. Cara yang
paling mudah adalah membaca digital melalui gawai mereka masing-masing. Berbagai
fasilitas berkarya khusunya menulis sangat banyak kita temukan di dunia
digital, namun kebiasaan tidak pernah berubah. Yakni malas mencatat pengalaman
sehari-hari. Sungguh ironi bila tiap jam kita meggenggam gawai tapi tidak bisa
menuangkan gagasan yang kita punya dalam bentuk tulisan.
Kita hidup di zaman paradox,
teknologi terus menguasai tanpa bisa kita bending, terumata bagi milenial yang
sangat labil. Jika tidak biosa mnguasai diri maka kita akan terkena efek adiksi
dari teknologi canggih ini. Lihat saja sekarang in, di rumah sakit jiwa,
penghuninya adalah para milenial yang sudah terdampak oleh kecanduan teknologi
yang melenakan. Kecanduan gawai yang membuat mereka menjadi setengah gila. Apakah
kita akan membiarkan saja fenomena ini akan terus berjalan tanpa bisa kita bending
dan cari jalan keluarnya? Mempunyai gawai pintar tidak selalu bisa
memaksimalakan kemampuan intelektualitas . jika tidak bisa menguasai diri
bahkan teknologi ini akan menjadikan kita budak yang terpenjara di dalam ruang
dan waktu.
Tidak ada komentar