Belajar di Masa Pandemi Covid -19
Pandemi covid 19 masih kita rasakan saat sekarang. Sudah hampir 10 bulan virus yang tidak kasat mata ini merajalela di muka bumi ini. Tidak saja membawa dampak kecil namun berdampak hampir ke semua lini kehidupan di dunia. Baik bagi pengusaha besar maupun pengusaha kecil. Dampak bagi pemerintah dan juga masyarakat umum. Pandemi ini membawa perubahan pada tatanan kehidupan hampir semua lapisan masyarakat. Salah satu dampak yang paling besar adalah di sektor pendidikan. Biasanya belajar dengan tatap muka, sekarang harus dilakukan melaui dunia maya. Semua orang harus bergantung dengan internet. Kalau sebelumnya gawai diminimalkan pemakainnya bagi anak sekolah, sekarang malahan diwajibkan. Karena tidak bisa proses pembelajaran terlaksana tanpa adanya media gawai ini. Sangat kompleks permasalahan yang harus dihadapi dalam proses pembelajaran di masa pandemi ini. Namun walau bagaimanapun pendidik harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun peserta didik berada di rumah. Apa yang harus dilakukan oleh guru agar semua materi dapat diterima dan tersampaikan kepada peserta didiknya? Pendidik atau guru dituntut untuk bisa mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online). Banyak aplikasi dan cara yang bisa digunakan untuk bisa menyampaikan materi kepada peserta didik. Baik aplikasi berbayar, ataupun aplikasi yang bisa di unduh secara gratis di playstore.
Hal ini sesuai dengan edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Virus Disease (Covid-19) ini menyebabkan semua aktivitas pembelajarandari TK sampai perguruan tinggi harus dilakukan dari rumah saja. semua sistem pembelajaranm dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Pendidik dapat melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran.
Berkaitan dengan hal ini, pendidikan harus bisa memastikan peserta didik mengikuti pembelajaran dalam waktu bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. Pendidik pun dapat memberi tugas terukur sesuai dengan tujuan materi yang disampaikan kepada peserta didik. Meskipun telah dilakukan dengan metode e-learning ini, namun tantangan dan berbagai hambatan tetap akan muncul. Tantangan dan permasalahan ini dialami oleh hampir semua level pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga keperguruan tinggi. Baik dari masalah media pembelajaran, sinyal internet, gawai, PC, dan kesibukan orang tua dalam memantau dan mengawasi pembelajaran anak-anak mereka. Kebiasaan belajar dan mengajar yang biasanya bersifat offline(tatap muka) menjadi kendala di masa pandemi ini. Karena sekarang apapun kegiatannya kita harus menjaga jarak. Dan tidak dibolehkan lagi bertatap muka dan berinteraksi langsung dengan peserta didik.
Pemilihan sarana pembelajaran sangat menentukan kualitas penyampaian materi. Namun tidak dipungkiri, biaya yang dikeluarkan akan terlaksananya kegiatan ini tidaklah murah, karena harus menyediakan paket data yang cukup untuk bisa mengaksesnya.
Tantangan yang harus di taklukkan oleh pendidik dalam menjaga kualitas pembelajaran di tengah pandemi corona ini adalah memonitoring seberapa besar materi yang bisa diserap oleh peserta didik. Metode yang dianggap mampu mengatasi masalah ini Salah satunya adalah metode synchronus e- learning yaitu menggunakan vidio confference melalui aplikasi zoom, google meet, dan office-365. Karena dengan menggunakan aplikasi ini guru bisa berinteraksi langsung dengan siswanya secara realtime.
Sayangnya, digital dividen di Indonesia masih menjadi kendala yang harus dicarikan solusinya. Penyebabnya antara lain tidak adanya pemerataan infrastruktur teknologi yang mengakibatkan peserta didik mengeluh kesulitan mengakses materi pembelajaran secara daring ini.
Selain itu masalah lainnya adalah mengenai pendidikan karakter peserta didik. Terkait kejujuran dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab dalam ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas. Penggunaan perangkat berbasis teknologi ini memiliki kemudahan sekaligus membawa tantangan tersendiri. Banyak polemik yang muncul di masyarakat tentang dampak negatif penggunaan media berbasis teknologi ini. Bagi siswa yang memegang gawai, mengerjakan tugas hanya 30 menit, namun dua atau tiga jam berikutnya bermain game atau berselancar di dunia maya dengan melihat vidio dan tontonan yang tidak mendidik. Untuk itu pengawasan dan aturan ketat dari orang tua adalah hal yang paling utama sangat di butuhkan saat ini. Semoga pandemi ini cepat berlalu, dan kita dapat beraktivitas kembali seperti biasanya.
Tidak ada komentar