TEKS CERITA FANTASI KELAS VII SMP
MATERI
AJAR KELAS VII SMP
CERITA FANTASI
Tentu ananda pernah berkhayal mempunyai suatu
kekuatan yang membantu pekerjaan atau pergi ke tempat yang belum pernah ananda
temui sebelumnya dengan mudahnya. Khayalan atau imajinasi tersebut tentu hanya
ada dalam pikiran ananda saja, tanpa pernah tersalurkan kepada orang lain.
Mungkin ananda takut akan ditertawai atau hanya akan dianggap lelucon semata.
Nah
sekarang, ananda tak perlu khawatir lagi akan hal itu. Sekarang telah banyak
beredar cerita-cerita imajinasi atau cerita fantasi bahkan cerita tersebut
dijadikan suatu film, misalnya cerita Harry Potter. Cerita ini berasal dari imajinasi seorang yang bernama JK
Rowling yang kemudian dijadikan sebuah novel. Cerita ini sangat terkenal di
seluruh dunia. Di Indonesia sendiri juga ada cerita tentang anak rembulan yang
yang berasal dari fantasi seorang Joko Lelono yang menuliskan imajinasinya yang kemudian menjadi sebuah novel. Selain itu sekarang yang sedang banyak digemari oleh remaja Indonesia adalah serial Bumi karya Tere Liye. Novel berseri ini menceritakan petualangan tiga orang remaja ke beberapa klan yang ada di alam semesta. Diantaranya kehidupan di klan bulan, klan bintang, klan matahari, di klan komet, dan beberapa cerita lainnya di alam semesta ini. Cerita yang sangat menarik yang membuat hidup kita tidak tenang jika tidak selesai membacanya. Karena setiap kisah dalam novel fantasi ini sangat menarik dan membuat kita tidak ingin terputus membacanya sampai selesai.
Nah, ananda juga bisa menjadi penulis
seperti mereka. Ananda dapat menulis imajinasi atau fantasi ananda dalam bentuk
cerita bahkan bisa menjadi sebuah novel. Fantasi ananda tersebut dapat mengasah
kreatifitas ananda sendiri. Namun, tidak semua imajinasi dapat kita
publikasikan. Tentunya kita harus memilah cerita mana yang layak kita paparkan
Kata fantasi merupakan kata yang sering
kita dengar, telebih ketika kita hendak membeli sebuah novel. Misalnya, “ Mau
beli novel bergenre apa? Romantis atau fantasi?” Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2004) diungkapkan bahwa fantasi
berarti: (1) gambar (khayalan), atau (2)
daya untuk menciptakan sesuatu atau angan-angan.
Jadi secara singkat,
fantasi adalah semua hal yang tidak dapat terjadi di dunia nyata. Cerita
fantasi sendiri merupakan cerita fiksi
bergenre fantasi “dunia imajinatif yang diciptakan penulis”, yang pada cerita fantasi
hal yang tidak mungkin dapat dijadikan biasa. Tokoh dan latar pun diciptakan
penulis tidak ada di dunia nyata atau modifikasi dunia nyata, tema fantasi
supranatural atau futuristik.
Cerita fantasi juga merupakan salah satu genre cerita fantasi yang sangat penting untuk melatih kreatifitas. Fantasi sendiri dapat terbagi menjadi 2: (1) Fantasi aktif yaitu fantasi yang dikendalikan oleh pikiran dan kemauan. Berfantasi secara aktif bisa mengasah kreativitas. Contoh: Seorang perancang, pelukis, dan penulis. (2) Fantasi pasif yaitu fantasi yang tidak dikendalikan, jadi seolaholah orang yang berfantasi hanya pasif sebagai wadah tanggapan-tanggapan. Contoh: Melamun.
2. Unsur-unsur
Cerita Fantasi
Unsur-unsur dalam cerita fantasi ini tidak jauh
berbeda dengan cerita lainnya. Namun unsur yang menjadi fokus dalam
pembelajaran kali ini unsur instrinsik, Menurut
Nurgiyantoro (2000:23) dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi, unsur-
unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur-unsur intrinsik tersebut antara lain sebagai
berikut.
a. Tema
Tema menurut Stanton (1965:21) adalah makna dalam sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.
b. Alur Cerita
Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi (Nurgiyantoro, 2007:113). Stanton (1965:14) mengemukakan bahwa plot ialah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat.
Menurut Sayuti (2000:32), struktur sebuah fiksi dapat dibagi secara kasar menjadi tiga bagian yaitu awal, tengah dan akhir. Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang sangat esensial dalam pengembangan sebuah plot cerita. Eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Secara garis besar, alur dalam suatu cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut:
1) Pengenalan.
Pada bagian ini pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan, dan
menjelaskan hubungan antar tokoh.
2) Pengungkapan
peristiwa.Pada bagian ini, pengarang menyajikan peristiwa awal yang menimbulkan
masalah, pertentangan bagi para tokoh.
3) Menuju
terjadinya konflik. Di bagian ini, mulai terjadi peningkatan masalah dan
pertentangan antartokoh.
4) Puncak
konflik. Bagian ini disebut klimaks. Di sinilah bagian cerita yang paling seru
dan menegangkan. Pada bagian ini pula, nasib para tokoh ditentukan. Misalnya,
apakah dia berhasil menyelesaikan konflik atau tidak.
5) Penyelesaian.
Pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib yang dialami tokohnya setelah
mengalami klimaks konflik. Namun, ada pula cerita yang penyelesaiannya dibuat
menggantung dengan maksud menyerahkan kepada imajinasi pembaca untuk menentukan
penyelesaian akhir ceritanya.
c. Penokohan
Dalam
pembicaraan sebuah cerita sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan
penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara
bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama (Nurgiyantoro,
2000:164). Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan (Abrams, 1981:20).
Penokohan
ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya
daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah
siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya
dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan
tokoh dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro: 2000:165).
Hasanuddin (1992: 24) menyatakan bahwa
dalam hal penokohan termasuk masalah penamaan, pameranan, keadaan fisik,
keadaan psikis, dan karakter. (Penokohan merupakan unsur yang sangat penting
dalam sebuah cerita. Berhasil atau tidaknya suatu cerita ditentukan oleh
penokohan.
d.
Latar
Latar
atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada
pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:175).
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah
peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa
orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Abrams
(1981:175), latar ialah penempatan waktu, tempat dan lingkungan sosial
terjadinya peristiwa-peristiwa. Menurut Nurgiyantoro (2000:227-233), unsur
latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
1) Latar Tempat.
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin
berupa tempat- tempat dengan nama tertentu
serta inisial tertentu.
2) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah
”kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Masalah ”kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu
3)
Latar
Sosial
Latar
sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat
di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial
masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta
dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan
hidup, cara berpikir dan bersikap. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang
bersangkutan.
e. Sudut pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik,
siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang
milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan.
Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut
pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara
memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi
tertentu. Sudut pandang terbagi atas:
1. Sudut
pandang orang pertama tunggal
Pengarang terlibat langsung dalam
cerita. Keterlibatan ini ditandai dengan adanya tokoh “Aku.” Sudut pandang
orang pertama dibagi menjadi:
a) Orang
pertama pelaku utama; pengarang menjadi tokoh “Aku” sebagai tokoh utama dalam
cerita.
b) Orang
pertama pelaku tambahan; pengarang menjadi tokoh “Aku” namun tidak sebagai
tokoh utama.
2. Sudut
pandang orang pertama jamak
Pengarang
menjadi tokoh dalam cerita yang berbicara mewakili beberapa orang atau
sekelompok orang. Hal ini ditandai dengan pengunaan kata ganti “kami”.
3. Sudut
pandang orang kedua
Pengarang
adalah narator yang berbicara kepada kata ganti “kamu” dan menceritakan apa
yang dilakukan “kamu”, “kau”, atau “anda”.
4. Sudut pandang orang ketiga tunggal
Pengarang
tidak terlibat langsung dalam cerita. Pengarang menampilkan tokoh dalam cerita
dengan menggunakan kata ganti “dia”.
Sudut pandang orang ketiga tunggal dibagi menjadi:
a)
Sudut
pandang orang ketiga serbatahu; pengarang seperti Tuhan dalam cerita yang tahu
segala hal tentang semua tokoh serta apa yang akan terjadi pada tokoh tersebut
b)
Sudut
pandang orag ketiga terbatas; pengarang hanya dapat menceritakan apa yang
dialami pada tokoh tertentu saja, tidak bisa berpindah ke tokoh lainnya
c)
Sudut
pandang orang ketiga objektif; pengarang menceritakan semua tindakan tokoh
namun tidak mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan tokoh tersebut.
5. Sudut pandang orang ketiga jamak
Pengarang
memaparkan cerita berdasarkan persepsi kolektif. Hal ini ditandai dengan
penggunaan kata ganti orang ketiga jamak
“mereka”
6.
Sudut
Pandang Campuran
Pengarang menempatkan dirinya secara
bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan sudut pandang yang berbeda-beda.
f.
Gaya
bahasa
Gaya bahasa berfungsi menciptakan nada atau suasana
tertentu yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh.
Gaya bahasa dapat pula digunakan untuk menandai karakter seorang tokoh,
misalnya tokoh jahat dan bijak digambarkan melalui kata-kata yang digunakannya.
e. Amanat
Amanat adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang terhadap pembaca atau pendengar yang disampaikan melalui uraian pemecahan masalah. Amanat dalam sebuah cerita dapat terungkap secara ekplisit dan secara implisit. Amanat hanya akan dipahami pembaca jika pembaca atau penyimak itu memiliki wawasan yang memadai. Wawasan yang memadai diperoleh atau dimiliki berkat banyak membaca. Jadi, rajinlah membaca!
Jenis-jenis
Cerita Fantasi
Jenis-jenis Cerita Fantasi,
antara lain:
a. Cerita
Fantasi Total dan Irisan
Jenis cerita fantasi berdasarkan
kesesuaiannya dalam kehidupan nyata ada dua kategori fantasi total dan fantasi
sebagian (irisan).
1) Cerita
fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap objek/ tertentu. Pada cerita
kategori ini semua yang terdapat pada cerita semua tidak terjadi dalam dunia
nyata. Misalnya, cerita fantasi Nagata itu total fantasi penulis. Jadi nama
orang, nama objek, nama kota benar-benar rekaan pengarang.
2) Cerita
fantasi irisan yaitu cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi masih
menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada
dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi pada dunia nyata.
b. Cerita
Fantasi Sezaman dan Lintas Waktu
Berdasarkan latar cerita, cerita fantasi
dibedakan menjadi dua kategori yaitu latar lintas waktu dan latar waktu
sezaman.
1) Latar
sezaman berarti latar yang digunakan satu masa (fantasi masa kini, fantasi masa
lampau, atau fantasi masa yang akan datang/ futuristik).
2) Latar
lintas waktu berarti cerita fantasi menggunakan dua latar waktu yang berbeda
(misalnya, masa kini dengan zaman prasejarah, masa kini dan 40 tahun mendatang/
futuristik).
Ciri umum
cerita fantasi sebagai salah satu jenis teks narasi:
a. Ada
keajaiban/ keanehan/ kemisteriusan
Cerita
mengungkapkan hal-hal supranatural/ kemisteriusan, kegaiban yang tidak ditemui
dalam dunia nyata. Pada cerita fantasi hal yang tidak mungkin
dijadikan biasa. Tokoh dan latar diciptakan penulis tidak ada di dunia nyata
atau modifikasi dunia nyata. Tema fantasi adalah majic, supernatural
atau futuristik.
b. Ide cerita
Ide
cerita terbuka terhadap daya hayal penulis, tidak dibatasi oleh realitas atau
kehidupan nyata. Ide juga berupa irisan dunia nyata dan dunia
khayali yang diciptakan pengarang. Ide cerita terkadang bersifat sederhana tapi
mampu menitipkan pesan yang menarik.Tema cerita fantasi adalah majic,
supernatural atau futuristik.
Contoh, pertempuran
komodo dengan siluman serigala untuk mempertahankan tanah leluhurnya,
petualangan di balik pohon kenari yang melemparkan tokoh ke zaman Belanda,
zaman Jepang, kegelapan karena tumbukan meteor, kehidupan saling cuek dalam
dunia teknologi canggih pada 100 tahun mendatang.
c. Menggunakan
berbagai latar (lintas ruang dan waktu)
Peristiwa
yang dialami tokoh terjadi pada dua latar yaitu latar yang masih ada dalam
kehidupan sehari-hari dan latar yang tidak tidak ada pada kehidupan
sehari-hari. Alur dan latar cerita fantasi memiliki kekhasan. Rangkaian
peristiwa cerita fantasi menggunakan berbagai latar yang menerobos dimensi
ruang dan waktu. Misalnya, tokoh Nono bisa mengalami
kejadian pada beberapa latar (latar waktu liburan di Wligi, latar zaman
Belanda, dan sebagainya). Jalinan peristiwa pada cerita fantasi
berpindah-pindah dari berbagai latar yang melintasi ruang dan waktu.
d. Tokoh unik (memiliki kesaktian)
Tokoh
dalam cerita fantasi bisa diberi watak dan ciri yang unik yang tidak ada dalam
kehidupan sehari-hari. Tokoh memiliki kesaktiankesaktian tertentu.
Tokoh mengalami
peristiwa misterius yang tidak terjadi pada kehidupan sehari-hari . Tokoh
mengalami kejadian dalam berbagai latar waktu. Tokok dapat ada pada seting
waktu dan tempat yang berbeda zaman (bisa waktu lampau atau waktu yang akan
datang/futuristik).
e. Bersifat
fiksi
Cerita
fantasi bersifat fiktif (bukan kejadian nyata). Cerita fantasi bisa diilhami
oleh latar nyata atau objek nyata dalam kehidupan tetapi diberi fantasi.
Misalnya, latar
cerita dan objek cerita Ugi Agustono diilhami hasil observasi penulis terhadap
komodo dan Pulau Komodo. Tokoh dan latar difantasikan dari hasil observasi
objek dan tempat nyata. Demikian juga Djoko Lelono memberi fantasi pada
fakta kota Wlingi (Blitar), zaman Belanda, Gunung Kelud.
f. Bahasa
Penggunaan sinonim dengan emosi yang kuat dan variasi kata cukup
menonjol. Bahasa yang digunakan variatif, ekspresif, dan menggunakan ragam
percakapan (bukan bahasa formal).
Struktrur Cerita
Struktur
utama cerita fantasi hanya mencakup tiga bagian yaitu:
a. Orientasi (pengenalan)
Di
bagian ini, penulis mengenalkan tokoh, watak tokoh, latar, (tempat, suasana,
sosial, dan waktu), dan konflik yang terjadi dalam cerita. Dengan kata lain, di
bagian orientasi pembaca telah dapat menemukan jawaban siapa, dimana, dan kapan
suatu cerita terjadi. Di bagian ini juga, penulis dapat mengembangkan deskripsi
latar, pengenalan tokoh, dan pengenalan konflik. Contohnya, Suatu hari Lala
melihat sebuah peti, karena rasa ingin tahu mereka pun membawa peti tersebut ke
rumah. Pada saat di rumah dibukalah peti tersebut, ternyata isi peti tersebut
adalah sebuah tombol hijau bertuliskan “GO”, dan sebuah surat yang
memerintahkan mereka untuk membawa satu pohon yang masih kecil, mereka tidak
tahu apa maksud pesan terebut? maka mereka pun memenuhi isi surat tersebut dan langsung
menekan tombol. Seketika mereka tersedot ke dalam lubang hitam, maka mulailah
petualangan mereka.
b. Komplikasi
(konflik/permasalahan)
Di bagian ini, penulis menghadirkan konflik
atau masalah-masalah yang menjadi inti cerita. Masalah tersebut dikembangkan
menjadi rangkaian cerita dengan alur yang menarik. Di bagian ini pula, penulis
mengembangkan inti cerita dengan mengacu pada hubungan sebab-akibat hingga
mencapai puncak cerita (klimaks) dengan kata lain, pembaca dapat mengetahui
bagaimana cerita mengalir dari sebuah permasalahan atau konflik awal, lalu
menjadi semakin rumit, dan mencapai puncak (klimaks).
c. Resolusi
(penyelesaian masalah)
Resolusi merupakan bagian akhir dari cerita
fantasi. Itu berarti tidak ada lagi penambahan konflik baru di tahapan ini.
Dengan kata lain, penulis hanya menghadirkan penyelesaian masalah atas
konflik-konflik yang ada sebagai penutup cerita. Contohnya, Tepat setelah
ucapan Wendy, matahari pun terbenam. Tubuhku mengeluarkan cahaya dan badanku
kembali menjadi normal. Aku pun tidak sempat mengucapkan kata kata perpisahan
kepada Wendy dan aku sudah tak bisa melihatnya lagi. Saat itu tubuhku
menjadi lemas dan terduduk lesu karena pertemuan yang indah ini harus berakhir
dengan singkat.
6. Ciri
Kebahasaan Cerita Fantasi
Ciri
kebahasaan pada Cerita Fantasi
a) Penggunaan
kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan (aku,
mereka, dia, Erza, Doni)
b) Penggunaan
kata yang mencerap panca indera untuk deskripsi latar (tempat,
waktu, suasana). Contoh deskripsi latar tempat. Tiga rumah bergaya
kerucut menyambut mataku. Emas dan berlian bertaburan di dinding rumah itu.
Laboratorium berantakan. Semua peralatan pecah. Aneh hanya laptopku yang masih
menyala.
c) Menggunakan
pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus.
Contoh: Alien
itu berhidung mancung. Dengan hidungnya yang menjulang ia mengendus
sekeliling.
d) Kata
sambung penanda urutan waktu
Kata sambung urutan waktu setelah itu,
kemudian, sementara itu, bersamaan dengan itu, tiba-tiba, ketika, sebelum, dan
sebagainya. Penggunaan kata sambung urutan waktu untuk menandakan datangnya
tokoh lain atau perubahan latar, baik latar suasana, waktu, dan tempat. Contoh:
Setelah buku terbuka aku terseret pada masa lampau.
e) Penggunaan
kata/ ungkapan keterkejutan
Penggunaan
kata/ ungkapan keterkejutan berfungsi untuk menggerakkan cerita (memulai
masalah). Contoh: Tiba-tiba seorang alien yang berukuran lebih
besar
datang.
f) Penggunaan
dialog/ kalimat langsung dalam cerita
Contohnya: “Raksasa
itu mengejar kita!” teriak Fona kalang kabut. Aku ternganga mendengar perkataan
Fona. Aku segera berlari.
RANGKUMAN
Cerita fantasi merupakan cerita fiksi bergenre fantasi
“dunia imajinatif yang diciptakan penulis”. Cerita fantasi juga merupakan salah
satu genre cerita fantasi yang sangat penting untuk melatih kreatifitas.
Unsur
instrinsik dalam cerita fantasi, yaitu penokohan, latar,
alur atau plot, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat
Jenis
cerita fantasi, terbagi atas 4, yaitu: (1)
cerita Fantasi sezaman, (2) ceritas fantasi lintas waktu, (3)
cerita fantasi total, dan cerita
fantasi irisan.
Ciri umum cerita
fantasi sebagai salah satu jenis teks narasi,
yaitu (1) ada keajaiban/ keanehan/ kemisteriusan, (2) ide cerita berdasarkan
daya khayal, (3) menggunakan berbagai latar (lintas ruang dan waktu), (4) bersifat
fiksi, (5) tokoh unik (memiliki kesaktian), dan (6) bahasa
yang digunakan bahasa informal.
Struktur utama cerita fantasi hanya
mencakup tiga bagian yaitu: (1) orientasi (pengenalan), (2) komplikasi
(konflik/permasalahan), dan (3) resolusi (penyelesaian masalah).
Ciri kebahasaan pada cerita fantasi, yaitu: (1) penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan, (2) penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk deskripsi latar, (3) menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus, (4) kata sambung penanda urutan waktu, (5) penggunaan kata/ ungkapan keterkejutan, dan (6) penggunaan dialog/ kalimat langsung dalam cerita.
Tugas
Untuk
mengikat pemahaman Ananda tentang
materi cerita fantasi, jawablah dengan singkat, padat, jelas, dan menggunakan
kalimat Ananda sendiri. Jangan meniru
kalimat atau penggunaan bahasa yang ada dalam uraian materi ajar. Selain itu,
tampilkanlah contoh atas jawaban Ananda jika diperlukan.
(1) Apakah
yang dimaksudkan dengan cerita fantasi?
(2) Jelaskan
kembali jenis-jenis cerita fantasi di sertai contohnya!
(3) Jelaskan
kembali unsur instrinsik cerita fantasi yang disertai contohnya!
(4) Apa
ciri-ciri umum yang seharusnya ada dalam sebuah cerita fantasi?
(5) Bagaimana
struktur dari sebuah teks cerita
fantasi?
(6) Bagaimana karakteristik/ciri
kebahasaan dalam cerita fantasi? Jawablah dengan mengajukan contoh!
Tidak ada komentar