Renungan Akhir Tahun 2021
Satu hari lagi angka berganti, tahun bergeser, hari berlalu. Masih lekat di ingatan ketika pergantian Akhir tahun lalu dengan perjalanan panjang yang telah dilakukan. Kini bertemu di tanggal yang sama namun kisah nan berbeda. Terimakasih kepada 2021 yang menyimpan kisah sedih di tahun ini.
Di tahun ini ku mengerti arti sebuah kehilangan, arti sebuah takdir dan kenyataan hidup yang akan dirasakan oleh setiap insan. Di tahun ini Allah ingin memberikan rasa. Rasa yang akan dijalani oleh setiap manusia kapan itu waktunya hanya sang pemilik hiduplah yang punya rahasia. Di saat kebahagiaan hakiki yang kurasa satu tahun sebelumnya, dengan perjalanan panjang sebagai tanda keberhasilan dan kesuksesan, namun di bulan ke dua di tanggal, bulan dan tahun cantik dipanggil kembali seseorang yang sangat ku cinta. 222021 menjadi angka kesedihan bagiku.
Dia yang dicinta oleh sahabat, saudara dan masyarakat nya. Berlimpah rasa belasungkawa melepas perjalanan terakhirnya. Dia yang memberi dengan cinta, berbuat dengan cinta, dan Kau panggil dia dengan cinta wahai sang Pemilik hidup. Papa, seseorang yang menjadi cinta pertama, cinta sejatiku, tanpa ada-aba, Kau panggil di sore nan ranum, tanpa cela dia kembali keharibaan-Mu wahai sang Penggenggam hati.
Hari berganti, belumlah kering air mata ini di setiap malam, mengenang kepergianmu. Beberapa bulan berikutnya Kau panggil juga adik, saudara, sekaligus sahabatku dalam dunia kerja. Dia yang paling mengerti, paling baik dan paling mengerti segalanya. Dengan jalan syahid setelah menunggu si buah hati selama 10 tahun lamanya, Engkau panggil dia dalam sesak. Seakan tak percaya, namun Engkau punya rencana lain untuknya. Kulepas dirinya dalam sendu, di tempat yang sama aku melepaskan satu lagi orang yang sangat dekat dengan diri ini. Adikku, sahabatku, rekan kerja ku, Eka primadona, di bulan April itu banjir manusia di tempatmu. Semua teman kerja, masyarakat umum, anak2 didikmu mengantar dan menyalatkan dirimu untuk terakhir kalinya. Mengantar ke peristirahatan terakhirmu, Sekarang dia sudah tenang di sisi-Mu ya Allah. Ternyata kehilangan ini sangat menyesakkan.
Tidak cukup sampai di sana, tiga bulan berikutnya Kau panggil lagi papa mertuaku, sosok yang bijaksana, sekaligus panutan dan pahlawan bagi kami, terkhusus bagi suamiku. Dia adalah seseorang yang sangat kami hormati dan sayangi, namun Kau panggil Beliau dengan penuh cinta yang Allah. Sesuai doa dan harapan kami, papa, Atuknya anak2, Kau panggil dalam pangkuan dan pelukan suamiku. Dengan tenang, setelah bersuci dan mandi, Engkau panggil Beliau dengan lembut. Beliau pergi dengan tenang setelah Engkau uji dirinya dengan deraan berbagai sakit yang dijalaninya dengan ikhlas dan sabar. Insyaallah Beliau Husnul Khatimah menghadap Mu ya Allah. Kumpulkan kami di Jannah Mu.
Kisah kehilangan ini seakan tak pernah habis di tahun ini. Tiga bulan berikutnya Engkau panggil lagi, saudara sepupu sekaligus sahabat masa kecilku, Rina Angraini. Masih ku ingat perjalanan terakhirku dengan dirinya. Kami jalan dan berbelanja ke pasar pagi, ke tanah abang. Berbelanja ole ole dan pernah pernik untuk kepulanganku, di awal tahun 2021 karena kami mengunjungi nya di akhir tahun 2020 lalu. 1 tahun di Ibu kota. Rina saudara sepupuku yang hanya berselisih satu hari tanggal kelahiran kami. Engkau panggil dalam keadaan sakit kanker yang ditahan nya dalam diam. Sangat kuat dirinya menjalani kehidupan, dengan sakit dan konflik dalam keluarga yang mengantarmu ke pangkuan Sang Ilahi. Insyaallah kamu Husnul Khatimah Na.
Ditahan ajaran 2021 pun, untuk pertama kali aku juga merasakan kehilangan kebersamaan dengan putra sulungku yang harus mendok. Setiap hari air mata ini menetes mengingat kebersamaan yang selalu tercipta. Namun syukur Allah memberi kita nikmat pelupa. Seiring berjalannya waktu, kenangan dan kesedihan itu perlahan bisa terlupakan, namun takkan pernah hilang dalam memori yang terdalam di dalam qalbu dan benak ini. Sehingga bisa kembali menjalani semua rutinitas dan kegiatan sehari hari. Karena masih banyak tugas yang menanti, semoga dengan kehilangan2 ini Allah membimbing kita kembali kepadaNya. Bahwa semua akan berlalu, semua akan dijalani, sekarang tinggal bagaimana cara kita menyikapi dan menjalani nya dengan ikhlas. Berat? Iyya, sudah pasti berat. Namun semua harus dijalani. Semua harus dilalui dan diikhlaskan. Hanya masalah waktu semua orang akan merasakan kehilangan ini.
Namun setelah hujan akan ada pelangi. Itu benar adanya, di akhir tahun pencapaian yang tak pernah terbayang mampir menemui diri ini. Dari sekian banyak penggiat, dari sekian banyak insan pendidik, sekian sekolah. Diri ini ditakdirkan untuk menerima sebuah penghargaan yang mungkin bagi sebagian orang biasa saja, namun aku bangga bisa menjadi bagian dari salah satu orang yang terpilih itu. Semua seakan sebuah teguran kalau aku harus bangkit di tahun baru ini. Di 2022, harus lebih giat berbuat lagi dan bermanfaat untuk orang banyak. Biarkan takdir yang membawa dirimu kemana dia suka. Semoga di tahun baru ini bisa menjadi sebuah batu lompat yang lebih jauh lagi. Insyaallah.
Sedih
BalasHapusya gitulah 😞😓
Hapus