TEKS FABEL KELAS VII SMP
TEKS FABEL
Materi Kelas VII SMP
Fabel adalah
cerita yang menampilkan binatang sabagai tokoh utama dengan berperilaku
menyerupai manusia. Tokoh
tersebut dapat berpikir, berperasaan, berbicara, bersikap, dan berinteraksi
seperti manusia. Fabel bersifat didaktis atau mendidik. Fabel digunakan sebagai
kiasan kehidupan manusia dan untuk mendidik masyarakat.
Fabel termasuk
jenis cerita fiksi, bukan kisah tentang kehidupan nyata. Fabel sering juga
disebut cerita moral karena pesan yang ada di dalam cerita fabel berkaitan erat
dengan moral. Teks cerita fabel tidak hanya mengisahkan kehidupan binatang,
tetapi juga mengisahkan kehidupan manusia
dengan segala karakternya.
ciri-ciri Fabel
1. Tokoh utama binatang
2. Alur ceritanya sederhana
3. Cerita singkat dan bergerak cepat
4. Karakter tokoh tidak diuraikan secara terperinci
5. Gaya penceritaan secara lisan dan tulisan
6. Pesan atau tema kadang-kadang dituliskan dalam cerita
7. Pendahuluan sangat singkat dan langsung.
Unsur Instrinsik Fabel
1.
Tema
merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang
terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan yang menyangkut
persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.
2.
Penokohan
ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya
daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah
siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan
pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang
jelas kepada pembaca
3. Latar Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Menurut Nurgiyantoro (2000:227-233), unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
1) 1.) Latar
Tempat.
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat- tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
2) 2.) Latar
Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah ”kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan wakt
3.) Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal
yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan
hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang
bersangkutan.
4. Alur Cerita
Alur cerita
ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan
tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu,
urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai
peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga
membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi
Secara garis
besar, alur dalam suatu cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut:
1) 1) Pengenalan.
Pada bagian ini pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan, dan
menjelaskan hubungan antar tokoh.
2) 2) Pengungkapan
peristiwa.Pada bagian ini, pengarang menyajikan peristiwa awal yang menimbulkan
masalah, pertentangan bagi para tokoh.
3) 3) Menuju
terjadinya konflik. Di bagian ini, mulai terjadi peningkatan masalah dan
pertentangan antartokoh.
4) 4) Puncak
konflik. Bagian ini disebut klimaks. Di sinilah bagian cerita yang paling seru
dan menegangkan. Pada bagian ini pula, nasib para tokoh ditentukan. Misalnya,
apakah dia berhasil menyelesaikan konflik atau tidak.
5) Penyelesaian.
Pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib yang dialami tokohnya setelah
mengalami klimaks konflik
1.
Sudut
pandang orang pertama tunggal
Pengarang
terlibat langsung dalam cerita. Keterlibatan ini ditandai dengan adanya tokoh
“Aku.” Sudut pandang orang pertama dibagi menjadi:
a)
Orang
pertama pelaku utama; pengarang menjadi tokoh “Aku” sebagai tokoh utama dalam
cerita.
b)
Orang
pertama pelaku tambahan; pengarang menjadi tokoh “Aku” namun tidak sebagai
tokoh utama.
2.
Sudut
pandang orang pertama jamak
Pengarang
menjadi tokoh dalam cerita yang berbicara mewakili beberapa orang atau
sekelompok orang. Hal ini ditandai dengan pengunaan kata ganti “kami”.
3.
Sudut
pandang orang kedua
Pengarang
adalah narator yang berbicara kepada kata ganti “kamu” dan menceritakan apa
yang dilakukan “kamu”, “kau”, atau “anda”.
4.
Sudut
pandang orang ketiga tunggal
Pengarang
tidak terlibat langsung dalam cerita. Pengarang menampilkan tokoh dalam cerita
dengan menggunakan kata ganti “dia”.
Sudut
pandang orang ketiga tunggal dibagi menjadi:
a)
Sudut
pandang orang ketiga serbatahu; pengarang seperti Tuhan dalam cerita yang tahu
segala hal tentang semua tokoh serta apa yang akan terjadi pada tokoh tersebut
b)
Sudut
pandang orag ketiga terbatas; pengarang hanya dapat menceritakan apa yang
dialami pada tokoh tertentu saja, tidak bisa berpindah ke tokoh lainnya
c) Sudut pandang orang ketiga objektif; pengarang menceritakan semua tindakan tokoh namun tidak mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan tokoh tersebut.
d) Sudut pandang orang ketiga jamak
Pengarang memaparkan cerita berdasarkan persepsi kolektif. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata ganti orang ketiga jamak “mereka”
e) Sudut Pandang Campuran
Pengarang
menempatkan dirinya secara bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan
sudut pandang yang berbeda-beda.
6.
Gaya
bahasa
Gaya
bahasa berfungsi menciptakan nada atau suasana tertentu yang mampu
memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Gaya bahasa dapat
pula digunakan untuk menandai karakter seorang tokoh, misalnya tokoh jahat dan
bijak digambarkan melalui kata-kata yang digunakannya
7.
Amanat
Amanat adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang
terhadap pembaca atau pendengar yang disampaikan melalui uraian pemecahan
masalah. Amanat dalam sebuah cerita dapat terungkap secara ekplisit dan secara
implisit.
Jenis-jenis Fabel
Ø Ditinjau dari pemberian watak dan
latarnya, dibedakan fabel alami dan fabel adaptasi sebagai berikut:
1. Fabel alami menggunakan watak
tokoh binatang seperti pada kondisi alam nyata. Misalnya, kura-kura diberi
watak lamban, singa buas dan ganas. Selain itu, fabel alami menggunakan alam
sebagai latar (hutan, sungai, kolam, dsb).
2. Fabel adaptasi adalah fabel yang
memberikan watak tokoh dengan mengubah watak aslinya pada dunia nyata dan
menggunakan tempat-tempat lain sebagai latar (di rumah, di jalan raya).
Misalnya, landak yang pemalu berulang tahun di rumah makan.
Ø Ditinjau dari kemunculan pesan
dibedakan:
1. Fabel dengan koda
Fabel
dengan koda berarti fabel dengan memunculkan secara eksplisit pesan pengarang
di akhir cerita
2. Fabel tanpa koda
Fabel
tanpa koda tidak memberikan secara eksplisit pesan pengarang di akhir cerita.
fabel dapat dikategorikan kedalam fabel klasik dan fabel modern.
1.
Fabel Klasik
Fabel
klasik merupakan cerita yang telah ada sejak zaman dahulu, tetapi tidak ketahui
persis waktu munculnya, yang diwariskan secara turun-temurun lewat sarana
lisan. (konon, kancil dan buaya) (kancil dan siput) (katak di bawah tempurung)
2.
Fabel Modern
Fabel
modern adalah merupakan cerita yang muncul cerita yang muncul dalam waktu
relatif belum lama dan senggaja ditulis oleh pengarang sebagai ekspresi
kesastraan.
Ø Ditinjau
berdasarkan isi kandungan cerita, fabel dibagi menjadi :
1. Fabel
jenaka
2. Fabel
tragedi
3. Fabel
romantika
4. Fabel
heroik
2. Komplikasi, merupan klimaks dari cerita, berisi puncak permasalahan yang dialami tokoh
3. Resolusi, berisi pemecahan masalah yang dialami tokoh
4. Koda, merupakan bagian akhir dari cerita. Biasanya berisi pesan dan amanat yang ada pada cerita fabel tersebut
Kaidah
Kebahasaan Teks Fabel
a.
Kata kerja
Untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan
fisik, atau kepribadiannya.
Semua kata yang dapat diperluas dengan kata lebih, paling, sangat, atau
mengambil bentuk se-reduplikasi-nya, adalah kata sifat. Kata ini disebut
juga adjektiva, contoh : lebih cermat, agak membosankan, sangat cantik,
semahal-mahalnya lebih bijaksana.
b.
Penggunaan Kata Sandang Si dan Sang
Pada teks cerita fabel sering sekali
adanya penggunaan kata sandang si dan sang. Berikut merupakan
penggunaan kata sandang si dan sang yang ada pada teks cerita fabel.
Contoh: Sang semut berkeliling taman sambil menyapa binatang-binatang yang berada di taman itu
c. Penggunaan Kata Keterangan Tempat dan Waktu
Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan atau
penjelasan pada kata lainnya. Dalam teks cerita fabel biasanya digunakan kata
keterangan tempat dan kata keterangan waktu untuk menghidupkan suasana. Untuk
keterangan tempat biasanya digunakan kata depan di dan keterangan waktu
biasanya digunakan kata depan pada atau kata yang menunjukkan
informasi waktu.
d. Penggunaan Kata Hubung Lalu, Kemudian, dan Akhirnya
Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu digunakan
sebagai penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Kata akhirnya biasanya
digunakan untuk menyimpulkan dan mengakhiri informasi dalam paragraf atau dalam
teks.
Contoh: Lalu, sang semut memegang erat ranting itu.
e. Pengertian dan Ciri Kalimat Langsung dan tidak langsung
Kalimat langsung adalah
kalimat yang diucapkan secara langsung kepada orang yang dituju.
Ciri-ciri kalimat langsung mencakup :
- menggunakan tanda petik,
- intonasi tinggi untuk tanda tanya, datar untuk kalimat berita, dan
tanda seru dilagukan dengan intonasi perintah,
- kata ganti orang pertama dan orang kedua.
Kalimat tidak langsung adalah
kalimat yang melaporkan atau memberitahukan perkataan orang lain dalam bentuk
kalimat berita. Ciri-ciri kalimat tidak langsung mencakup :
- tidak menggunakan tanda petik
- intonasi membacanya datar
- terdapat perubahan kata ganti orang.
- Perubahan kata ganti
Tidak ada komentar