Guru Kolonial VS Guru Milenial
Guru Kolonial VS Guru
Milenial
Cara belajar
anak-anak sekarang berbeda dengan kita, karena
generasinya pun
memang berbeda. Orang tua
kolonial adalah yang lahir
antara tahun 60-70-an, yang meleng sedikit
langsung ditegur,
dicubit, dan dillempar. Dilirik sedikit oleh gurunya, langsung mengerti dan
paham dengan sindiran. Anak-anak sekarang sudah nyata salah, masih plonga plongo tidak mengerti denga kesalahannya. Hal itulah
yang menyebabkan harus adanya perbedaan pola
asuh pada anak saat ini. Sebagai
pendidik tidak boleh lagi main fisik, karena jika main kekerasan, akan
menimbulkan masalah baru, mereka bisa membalas dan orang tua murid saat ini pun
juga perlu dididik, karena dengan mudah meyalahkan pihak sekolah jika anaknnya
dikenai sanksi atas kelalainnya mematuhi aturan.
Saat ini, baru
beberapa hari yang lalu, 1 Agustus 2023, seorang guru di Bengkulu, diketapel
oleh orang tua murid, karena memberi hukuman anaknya yang kedapatan merokok di
belakang sekolah. Berapa banyak kita dengar kasus guru yang diperkarakan karena
mendidik siswanya di sekolah. Misal ada guru
yang menegur siswanya, malahan bapak si anak balik marah kepada gurunya
ke sekolah. Ada guru yang menegakkan aturan memotong sedikit rambut siswanya,
bapak si anak balik ke sekolah juga memotong rabut gurunya. Belum lagi guru
yang harus dipenjara karena aduan dan laporan dari orang tua murid, yang tidak
terima guru menhukum anaknya di sekolah.
Memang sangat miris apa yang kita alami saat ini, namun
itu semua terjadi. Di satu sisi sebagai pendidik di saat ini, memang lah tidak
bisa mendidik dengan cara lama, kalau kita dahulu mengadu di rumah apa kejadian
di sekolah, jangankan dapat pembelaan, justru tambah kena marah. Jika melapor
di rumah dapat pukul dari guru di sekolah, di rumah justru dapat tambah
pukulannya. Karena orang tua kita di masa dahulu sangat tahu, apapun yang
dilaukan oleh guru di sekolah terhadap anak-anaknya, itu adalah proses
pendidikan, bukan penganiayaan.
Di zaman digital saat ini, semakin maju dunia semakin berubah pola pikir dan
pola hidup manusianya. Sekarang, banyak sekali hal yang memengaruhi kehidupan
generas ini, yang utama sekali adalah tontonan dan teladan yang tidak bagus.
Zaman sekarang orang tua sudah pada sibuk mencari nafah untuk kebutuhan hidup
keluarga, hampir di tiap rumah, kedua orang tua harus bekerja untuk mencukupi
semua kebutuhan hidup. Alhasil anak-anak dididik dan dibesaran dengan pengasuh
dan juga tontonan di TV ataupun gawai. Jadi, kalau pola asuh berubah dan
karater manusianya berubah itu suatu keniscayaan.
Tidak bisa lagi saat ini orang tua dan guru main fisik
kepada anak, karena tontonan yang dilihatnya. Ketika kita main fisik, anak
cenderung melawan, karena dalam tontonan, itu yang dihadirkan, ketika disakiti,
maka harus membalas. Lihat saja kartun Tom
and Jerry, yang mungkin generasi Z saat ini sudah menonton berkali-kali.
Belum lagi film lainnya yang mengubah anak bermental cengeng dan bermental ‘stroberry’.
Sebut saja kartun doraemon, spongbob, Upin Ipin dan banyak lagi tontonan yang tidak mendidik lainnya.
Memang ada nilai moral yang diajarkan di sana, namun tetap ada selipan-selipan
kekerasan dan contoh laki-laki bertulang lunak di dalamnya, sehingga hal itulah
yang memengaruhi karakter generasi Z
saat ini. Ditambah lagi sinetron di TV swasta, yang bisa mengubah segalanya
dengan sangat instan, adegan kekerasan dan kriminal yang dipertontonkan setiap menitnya
dalam berita kriminal dan reportase investigasi lainnya yang hampir setiap
stasiun televisi menyiarkan.
Tugas kitalah saat ini
sebagai orang tua, guru dan bagian dari masyarakat memberikan edukasi
yang baik untuk mereka generasai digital saat ini. Memang kita tidak bisa
mengendalikan kemajuan zaman, namun kita bisa mengendalikan cara dan pola asuh
kita terhadap generasi saat ini, dimulai dari skala terkecil yaitu keluarga
sendiri, anak didik di sekolah yang kita
ajar dan genrasi di dekat rumah yang bisa kita arahkan pada kegiatan yang
positif. Tidaklah hal yang tabu saat ini jika kita yang lebih dahulu meminta
maaf kepada anak jika terlanjur menyakiti hati mereka, sambil memberikan arahan
dan pendidikan bagaimana seharusnya berperilaku kepada sesama umur, orang yang lebih
tua maupun kepada anak yang di bawah umur mereka. Kita harus menjadi teladan
bagi generasi Z saat ini, karena sejatinya keteladanan saat ini semakin menipis
di dalam masyarakat kita.
Selain keteladan, juga sifat egoistis dan tidak peduli
pada sesama, merasa tidak bertangung jawab terhadap lingkunagn sekitar juga
sudah elekat di dalam masayarakt saat ini. Terbukti banyak kita lihat, ketika ada
pelanggaran dan ketimpangan yang dilakukan oleh generasi Z di depan mata, hanya
segelintir dari orang dewasa sekitar yang peduli. Karena mereka menagnggap itu
bukan anak mereka, adik ataupun saudara mereka, maka kekeliruan atau kesalahan
yang nampak di depan mata, cenderung diabaikan dan didiamkan. Bagaimana cara mengubah karakter anak bangsa,
jika kita saja orang dewasa tidak peduli dengan lingkungan sekitar? Bagaimana
genarasi digital saat ini juga akan peduli dengan sesamanya?
|
Biodata Penulis Dilla, S.Pd. lahir di Bukittinggi, pada tanggal 8
Juni 1981. Beralamat di Jl. H. Abdul Manan No. 49, Simpang Guguk Bulek,
Bukittinggi. Saat ini mengajar di SMPN
2 Bukittinggi. Telah menerbitkan 3 buku tunggal dan puluhan buku antologi.
Penulis bisa dihubungi melalui email, dillaspd6@gmail.com,
facebook: Espede Dilla, Instagram: @dilla.spd dan telegram: dilla S.Pd blog: www.dillaspd.my.id Nomor Kontak dan WA : 081363320742 |
Tidak ada komentar